Mendirikan Sosiologi Sebagai Satu Ilmu Tentang Integrasi Sosial ..
Dari titik
tolak yang praktis, penting untuk mengetahui sedikit tentang bagaimana memotivasi
agar suatu kelompok terlibat dalam kegiatan kelompok itu, bagaimana
meningkatkan moralnya, dan mengatasi konflik. Tetapi hal-hal ini hanyalah
sebagian dari suatu masalah yang lebih besar dan lebih umum yang sudah lama
dianggap penting oleh para ahli ilmu sosial. Ini merupakan masalah integrasi
sosial dan solidaritas yang dilihat bukan hanya dalam hubungannya dengan
kelompok atau organisasi tertentu, melainkan juga dalam hubungannya dengan
masyaraka secara keseluruhan. Bagi beberapa ahli Sosiologi, masalah sentral
dalam analisa sosiologi adalah menjelaskan keteraturan sosial yang mendasar
yang berhubungan dengan proses-proses sosial yang meningkatkan integrasi dan solidaritas.
Inilah masalah utama bagi Durkheim, dan juga salah satu masalah pokok dalam
perspektif fungsional masa kini, khususnya yang diwakili oleh Parsons dan
pengikutnya.
Istilah ‘keteraturan sosial’ disini
menunjuk pada sumber-sumber dukungan yang mendasar terhadap pola-pola institusi
yang dominan dalam masyarakat yang meliputi sistem nilai masyarakat yang
dimiliki, ide-ide moralitasnya, kepercayaan bersama yang melegitimasi atau
mendukung pola institusi pokok dan memberikan arah serta arti bagi individu
yang berpartisipasi dalam masyarakat. Meskipun masyarakat yang hidup mungkin
tidak pernah memperlihatkan keadaan anarki alamiah seperti yang dikemukakakan
Hobbes, masyarakat itu berbeda dalam tingkat integrasi sosial atau kuatnya
keteraturan sosial. Gejala seperti alienasi yang meluas, sinisme yang
meningkat, standar moralitas pribadi yang berubah cepat (pola pekerjaan, seks,
dan keluarga) dan banyak lagi suara pelbagai kelompok yang mengejar kepentingan
ekonominya menunjukkan bahwa keadaan keteraturan sosial terancam oleh pelbagai
bentuk disintegrasi.
Solidaritas sosial dan integrasi
merupakan permasalahan substansif yang diperhatikan Durkheim dalam karya
utamanya. Durkheim juga mengemukakan bahwa analisanya harus didasarkan pada
data empiris dan data ini harus mengenai masyarakat atau struktur sosial itu
sendiri bukan data individual. Ini penting untuk mendirikan sosiologi sebagai
ilmu yang mempunyai data emppirik yang terpisah dan terlepas dari psikologi.
Pusat perhatian Durkheim adalah pada tingkat struktur sosial meskipun banyak
juga idenya yang berhubungan dengan budaya dan individu. Namun perhatian
Durkheim pada solidaritas sosial dan integrasi sangat bertentangan dengan
tekanan Marx terhadap kontradiksi dialektik dan konflik kelas.
Tidak seperti Marx, Durkheim menjadi
seorang akademisi yang sangat mapan dan sangat berpengaruh bahkan melembagakan
sosiologi sebagai suatu disiplin ilmu yang sah. Pengaruh Durkheim pada
perkembangan sosiologi di Amerika sangat besar baik dalam metodologi maupun
teori. Pendiriannya mengenai kenyataan gejala sosial yang berbeda dari gejala
individu, analisanya mengenai tipe struktur sosial yang berbeda dan mengenai
dasar solidaritas serta integrasinya yang berbeda-beda, perhatiannya untuk
menelusuri fungsi sosial dari gejala sosial yang terlepas dari maksud / motivasi
yang sadar dari individu, pemecahan sosiologisnya mengenai gejala penyimpangan,
bunuh diri dan individualisme – dalam semua bidang ini Durkheim memberikan
sumbangan penting terhadap perkembangan perspektif sosiologi modern.
Pengaruhnya juga sangat mencolok dalam aliran fungsionalisme sosiologi
modern.
I.
RIWAYAT HIDUP DURKHEIM
Emile Durkheim
lahir tahun 1858 di Epinal, suatu perkampungan kecil orang Yahudi di bagian
timur Prancis yang agak terpencil dari masyarakat luas. Ayah Durkheim adalah
seorang rabi, seperti kakeknya juga; dan kalau Durkheim sudah mengikuti
kebiasaan tradisional, dia juga sudah menjadi seorang rabi. Untuk sementara ia
masuk Katolik. Ia meninggalkan Katolisisme dan menjadi agnostik (tidak mau tahu
tentang agama). Mungkin sebagian dari perhatiannya terhadap solidaritas dan
integrasi bertumbuh dari kesadarannya bahwa berkurangnya pengaruh agama
tradisional merusakkan salah satu dukungan tradisional yang utama untuk standar
moral bersama yang membantu mempersatukan masyarakat di masa lampau.
Pada
usia 21, Durkheim diterima di Ecole
Normale Superieure. Dia datang ke Paris untuk bisa masuk sekolah Lycee Louis-le-Grand. Durkheim
menunjukkan keseriusannya sebagai mahasiswa dan tekanan yang dominan adalah
pada sastra klasik, termasuk bahasa Yunani dan Latin. Dua professor di Ecole Nomale Durkheim mendapat pengaruh,
seperti dari de Coulanges seorang ahli sejarah, ia mempelajari nilai
ilmiah yang kuat, juga tekanan pada consensus intelektual dan agama sebagai
dasar solidaritas sosial. Dari Boutroux, seorang ahli filsafat ia
mempelajari pentingnya mengakui bahwa ada tingkatan kenyataan yang berbeda dan
lebih tinggi. Seperti yang dikembangkan oleh Durkheim bahwa ada satu argument
melawan reduksionisme psikologis (ide bahwa gejala sosial dapat dijelaskan
dengan cukup baik menurut prinsip psikologi pada tingkatan individu).
Setelah
menamatkan pendidikan, ia mengajar dalam SMA (lycees) di Paris. Di Jerman, ia diperkenalkan Laboratorium
Psikologi oleh Wilhelm Wundt seorang ahli psikologi eksperimental. Ia
diperkenalkan dengan ide mengenai pembeda antara Gemeinschaft dan Gesellschaft
yang sekarang terkenal dalam buku Tonnies (direvisi Durkheim). Durkheim
bertekad untuk menekankan pengajaran praktis ilmiah serta moral daripada
pendekatan filsafat tradisional yang menurutnya tidak relevan terhadap masalah
sosial dam moral. Pendirian ideologis Durkheim secara pribadi bersifat liberal.
Namun dalam prakteknya ia membela hak-hak individu melawan pernyataan yang
tidak adil yang dibuat atas nama masyarakat.
1. Melembagakan
Sosiologi sebagai Satu Disiplin Akademis
Tahun 1887 ketika berumur 29 tahun, pemberian
kuliahnya dan beberapa artikel membuat ia menjadi seorang ahli ilmu sosial yang
terpandang. Untuk ini ia diangkat di fakultas pendidikan dan fakultas ilmu
sosial di Universitas Bordeaux. Kebutuhan untuk mengajar kursus pendidikan
memungkinkan Durkheim mengembangkan perspektif sosiologinya mengenai
kepribadian manusia yang dibentuk oleh masyarakat melalui wakilnya dalam sistem
pendidikan. Tahun 1896 Durkheim diangkat menjadi professor peenuh dalam ilmu
sosial. Dua tahun kemudian, ia mendirikan L’Anee Sociologique, jurnal
ilmiah pertama untuk sosiologi. Penerbitan jurnal ini terhenti karena Perang
Dunia I. tahun 1899 ia ditarik ke Sorbonne. 1906 ia dipromosikan sebagai
professor penuh dalam pendidikan. Tahun 1913 kedudukannya dirubah ke ilmu
pendidikan dan sosiologi. Akhirnya Sosiologi secara resmi didirikan dalam
lembaga pendidikan. Pada tahun 1915, Andre (putranya) meninggal dunia. Dan pada
tahun 1917 di usia 59 tahun ia meninggal dunia setelah menerima penghormatan
untuk karirnya yang produktif dan bermakna serta setelah dia mendirikan
sosiologi ilmiah.
2. Pengaruh
Sosial dan Intelektual terhadap Durkheim
Pengaruh Durkheim sepanjang hidupnya terhadap
solidaritas dan integrasi
sosial muncul karena keadaan keteraturan sosial yang
goyah. Singkatnya akibat yang berkepanjangan dari Revolusi Prancis yang
meliputi ketegangan yang terus menerus dan konflik-konflik yang berlangsung
hampir sepanjang abad 19. Saat itu Durkheim lebih tertarik untuk memahami
dasar-dasar munculnya keterarturan sosial, dan ia bertekad untuk mendorong
perubahan pendidikan yang akan menanamkan rasa kuat akan moralitas umum dan
solidaritas. Durkheim mengakui Comte sebagai pendiri disiplin sosiologi dan
juga sependapat tentang masyarakat yang bersifat organis.
3. Pertentangan
dengan Individualime Spencer
Durkheim mempertegas pendekatan sosiologinya yang
khusus itu sebagai sesuatu yang bertentangan dengan perspektif Herbert Spencer
yang bersifat individualistis. Spencer adalah seorang ahli teori sosial dari
Inggris yang sangat berpengaruh di sana selama abad ke-19 dan kemudian di
Amerika karena ide-idenya mengenai evolusi dan kemajuan sosial. Spencer juga
tertarik pada perkembangan evolusi jangka panjang dari masyarakat-masyarakat
modern. Namun pandangannya mengenai masyarakat yang bersifat organis itu
berrbeda dalam beberapa hal penting dan juga bertentangan dalam hal asumsi
pendekatan.
Model evolusi sosial Spencer tentang kompleksitas
sosial yang semakin meningkat melalui peningkatan pembagian kerja hampir sama
dengan analisa Durkheim. Spencer kurang tegas dibanding Durkheim dalam
mengidentifikasi mekanisme pembagian kerja. Perbedaan yang penting antara
Spencer & Comte dan Durkheim adalah gambaran Spencer mengenai kenyataan
sosial yang bersifat individualistis.
Pandangan Spencer mengenai peranan yang tepat dari
pemerintah berbeda dengan gagasan Comte dan Durkheim. Juga gambarannya yang
bersifat individualistik tentang kenyataan sosial. Mengenai pertanyaan
bagaimana masyarakat itu dibentuk, kritikan Durkheim terhadap Spencer dan
teori-teori individualistik lainnya adalah bahwa mereka tidak menjelaskan
ikatan sosial primordial atau konsensus moral atas dasar dimana persetujuan
kontraktual antar individu itu penting. Spencer melihat masyarakat dibentuk
oleh individu-individu, sedangkan Durkheim melihat individu dibentuk oleh
masyarakat. Tekanan pada pentingnya tingkatan sosial merupakan satu dasar teori
Durkheim.
II.
KENYATAAN
FAKTA SOSIAL
Asumsi
umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim
terhadap
sosiologi adalah bahwa gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran
individu serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologis,
biologis, atau yang riil, gejala tersebut dapat dipelajari dalam metode
empirirk. Pandangan ini mengabaikan consensus normative dan sumber-sumber
sosial dari mana individu mendefiniskan kepentingan pribadinya itu. Durkheim
membawa kita ke persoalan mengenai macam struktur sosial yang memperbesar
jangkauan pilihan yang dapat dibuat oleh individu.
1. Fakta Sosial Lawan Fakta
Individu
Pertanyaan
lain yang muncul dari tekanan Durkheim pada kenyataan gejala
sosial
yang obyektif menyangkut sifat dasar kenyataan itu. Dia bertahan pada
pendiriannya bahwa fakta sosial itu tidak dapat direduksikan ke fakta individu,
melainkan memiliki eksistensi yang independen pada tingkat sosial. Meskipun
karakteristik kelompok mungkin lebh daripada jumlah individu yang meliputi
kelompok itu, kelompok tidak dapat secara terpisah dari anggota-anggota
individualnya. Namun dalam masa Durkheim hidup dibawah pengaruh positivism,
ilmu dilihat sebagai sesuatu yang berhubungan dengan gejala yang “riil”
(factual). Tanpa obyektif riil sebagai pokok permasalahannya, suatu ilmu
tentang masyarakat tidaklah mungkin. Hal ini meembuat Durkheim berulang kali
mengemukakan khususnya dalam karir awalnya (The
Rules of Sociological Method ) bahwa gejala sosial itu adalah benda.
Artinya, gejala sosial adalah riil secara obyektif, dengan satu eksistensi yang
terlepas dari gejala biologis atau psikologis individu.
2. Karakteristik Fakta Sosial
Durkheim
mengemukakan dengan tegas tiga katakteristik yang berbeda. Pertama, gejala sosial bersifat eksternal terhadao individu. Kedua, bahwa fakta sosial itu memaksa
individu. Jelas bahwa Durkheim dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong atau
dipengaruhi. Ketiga, bahwa fakta itu
bersifat umum / tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat. Bagi Durkheim,
pentingnya angka sosial itu adalah bahwa mereka merupakan indikasi dari satu
kenyataan kolektif yang lebih besar yang tunduk dan menjelaskan pelbagai angka
itu. Fakta sosial meliputi gejala seperti norma, ideal moral, kepercayaan,
kebiasaan, pola berpikir, perasaan, dan pendapat umum.
3. Strategi Untuk Menjelaskan
Fakta Sosial
Sesudah
menemukan sifat fakta sosial, Durkheim menjelaskan dalam bukunya The Rules of Sociological Method tentang
bagaimana orang mengembangkan sosiologi sebagai data empiris. Karya ini pantas
sebagai karya klasik dalam memberikan dasar-dasar metodologi dalam sosiologi.
Salah satu prinsip metodologi dasar yang ditekankan Durkheim adalah bahwa fakta
sosial harus menjelaskan hubungannya dengan fakta sosial lainnya. Prinsip
yang kedua adalah bahwa asal usul suatu gejala sosial dan fungsi-fungsinya
merupakan dua masalah yang terpisah. Prinsip
lainnya adalah bahwa penjelasan tentang fakta sosial harus dicari didalam
fakta sosial lainnya.
III.
SOLIDARITAS DAN TIPE STRUKTUR SOSIAL
Dalam satu atau lain bentuk, solidaritas sosial
membawahi semua karya
utamanya. Singkatnya, solidaritas menunjuk pada satu
keadaan hubungan antara individu dan kelompok yang didasarkan pada perasaan
moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh perasaan
emosional bersama. Bab ini seterusnya akan menyajikan analisa Durkheim terhadap
solidaritas menurut : (1) Perbedaan-perbedaan dalam tipe solidaritas yang
dinyatakan dalam tipe struktur sosial yang berbeda. (2) ancaman terhadap
solidaritas dan tanggapan masyarakat tentang analisa ini (3) munculnya dan
penegasan solidaritas lewat ritus agama.
1.
Solidaritas Mekanik dan Organik
Sumber utama bagi analisa Durkheim mengenai tipe-tipe
yang berbeda dalam solidaritas dan sumber struktur sosialnya diperoleh dari
bukunya The Division of Labor in Society. Tujuan dari karya klasik ini
adalah untuk menganalisa pengaruh kompleksitas dan spesialisasi pembagian kerja
dalam struktur sosial dan perubahan-perubahan yang diakibatkannya dalam bentuk
pokok solidaritas sosial. Durkheim menggunakan istilah solidaritas mekanik dan organik untuk menganalisa masyarakat keseluruhannya, bukan
organisasi dalam masyarakatnya. Bagi Durkheim, indikator paling jelas untuk
solidaritas mekanik adalah ruang lingkuo dan kerasnya hukum-hukum yang bersifat
menekan (repressive ). Hukum-hukum ini mendefinisikan setiap perilaku
sebagai sesuatu yang jahat. Ciri khas yang penting dari solidaritas mekanik
adalah bahwa solidaritas itu didasarkan keada suatu tingkat homogenitas yang
tinggi pada kepercayaan, sentimen, dsb. Sementara solidaritas organik muncul
karena pembagian kerja bertambah besar.
2.
Kesadaran Kolektif dalam Masyarakat Organik
Kesadaran kolektif memberikan dasar-dasar moral yang
tidak bersifat kontraktual yang mendasari hubungan kontraktual. Durkheim
menekankan pentingnya kesadaran kolektif bersama yang mungkin ada dalam
pelbagai kelompok pekerjan dan profesi. Keserupaa dalam kegiatan dan
kepentingan pekerjaan memperlihatkan suatu homogenitas internal yang
memungkinkan berkembangnya kebiasaan, kepercayaan, perasaan, dan prinsip moral
atau kode etik bersama.
3.
Evolusi Sosial
Dalam analisa Durkheim mengenai solidaritas mekanik
lawan
solidaritas organik terkandung satu model perubahan
sosial yang umum. Durkheim mengambil kompleksitas dan spesialisasi yang semakin
meningkat dalam pembagian kerja. Durkheim melihat masyarakat industri kota yang
modern sebagai suatu perwujudan yang paling penuh dari solidaritas organik.
Mengapa pembagian kerja bertambah? Jawaban Durkheim berpusat pada perubahan
demografik serta akibatnya pada frekuensi interaksi antara manusia dan pada
perjuangan kompetitif untuk mempertahankan hidup.
IV.
ANCAMAN TERHADAP SOLIDARITAS
Dalam
suatu masyarakat yang didasarkan
pada solidaritas mekanik, solidaritas sosial sosia terancm oleh kemungkinan
perpecahan kelompok-kelompok kecil yang secara fungsional bersifat otonom dan
oleh jenis perilaku menyimpang apa saja yang merusak kesadaran kolektif yang
kuat. Peralihan dari solidaritas mekanik ke organik tidak selalu merupakan
proses yang lancar dan penuh keseimbangan tanpa ketegangan-ketegangan. Karena
ikatan sosial primodial yang lama dalam bidang agama, kekerabatan, dan omunikasi
dirusak oleh meningkatnya pembagian kerja, mugkin ada ikatan-ikaan lainnya yang
tidak berhasil menggantiannya. Akinatnya masyarakat menjadi terpecah dimana
individu terputus ikatan-ikatan sosialnya, dan dimana kelompok-kelompok yang
menjadi perantara individu dengan masyarakat luas tidak berkembang dengan baik.
1. Sumber-Sumber
Ketegangan dalam Masyarakat Organik yang Kompleks
Satu ancaman yang lebih penting lagi
terhadap solidaritas organik, berkembang ari heterogenitas dan individualitas
yang semakin besar yang berhubungan dengan pembagian kerja yang tinggi. Dengan
heterogenitas yang tinggi, ikatan bersama yang mempersatukan berbagai anggota
masyarakat menjadi kendor. Individu mula mengidentifikasikan dirinya dengan
kelompok yang lebih terbatas yang terdapat dalam masyarakat itu, seperti
kelompok pekerjaan. Solidaritas dalam kelompok-kelompok kecil separti itu tentu
saja bersifat mekanik. Kalau solidaritas dengan tingkat ini digabungkan dengan
melemahnya identifikasi dengan masyarakat yang lebih luas, maka kemungkinan
konflik itu ada, karena kelompok khusus itu mengejar kepentingannya sendiri
dengan merugukan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Alasan yang terdapat dalam hukuman bagi perilaku yang menyimpang yang
mengancam solidaritas organik berbeda dengan alasan untuk menghukumpenyimpangan
yang mengancam solidaritas mekanik. Pada umumnya hukuman terhadap orang yang
menyimpang dalam suatu masyarakat organik cenderung lebih bersifat rasional dan
disesuaikan dengan besarnya pelanggaran itu. Solidaritas organik dapat jaga
rusak karena tekanan yang terlampau berlebih-lebihan terhadap individualisme.
2. Integrasi
Sosial dan Angka Bunuh Diri
Manifestasi utama yang dianalisis Durkheim
secara intensif adalah perubahan dalam angka bunuh diri. Proporsi dasar yang digunakan
dalam Suicide (penelitian klasik
Durkheim) adalah bahwa angka bunuh diri berbeda-beda menurut tingkat integrasi
sosial. Durkheim mengidentifikasikan tiga tipe bunuh diri, yaitu: egoistik,
anomik, dan altruistik. Untuk kedua tipe yang pertama itu, angka bunuh diri
berbeda-beda menurut tingkat integrasi sosial, artinya semakin rendah
integrasi, semakin tiggi angka bunuh dir. Bunuh diri egoistik merupakn hasil
dari suatu tekanan yang berlebih-lebihan pada individualisme atau kurangnya
ikatan sosial yang cukup dengan kelompok sosial. Bunuh diri egoistik dapat
disebabkan oleh tekanan budaya pada
individualisme maupun oleh kurangnya ikatan pribadi oleh kelompok primer.
Bunuh diri anomik muncul dari tidak adanya
pengaturan bagi
tujuan dan aspirasi individu. Kalau bunuh diri egoistik mencerminkan memudarnya
integrasi sosial, maka bnuh diri altruistik merupakan hasil dari suatu
tingkatan integrasi sosial yang terlampau kuat. Tingkat integrasi yang tinggi
itu menekankan individualitas ke titik dimana individu dipandang tidak pantas
atau tidak penting dalam kedudukannya sendiri. Bunuh diri altruistik dapat
disebabkan oleh dua sebab, yaitu (1) norma-norma kelompok mungkin penuntut
pengorbanan kehidupan individu, (2) norma-norma kelompok itu menuntut
pelaksanaan tugas-tugas yang begitu barat untuk dapat dicapai sehingga individu itu mengalami
kegagalan walaupun mereka sudah mereka sudah menunjukan usaha yang paling
optimal.
3. Kemunculan dan
Dukungan terhadap Solidaritas
Perhatian Durkheim terhadap
landasan-landasan moral masyarakat merangsang perkembangan perspektif sosiologi
klasiknya pada fungsi agama yang bersifat sosial. Abalisanya mengenai hubungan
timbal balik yang erat antara agama dan masyarakat dapat dikembangkan panjang
lebar dalam The Elementary Forms of The
Religious Life. Corak utama dari agama apa saja dalam
pandangan Durkheim adalah berhubungan dengan suatu dunia yang suci. Durkheim
memperbaiki dan menolak beberapa teori yang berlaku yang menjelaskan kepercayaan-kepercayaan
akan suatu dunia yang suci sebagai khayalan belaka atau ilusi yang diperlukan
oleh orang-orang dalam suatu abad prailmiah untuk menjelaskan gejala-gejala
alam. Dia selanjutnya memperliatkan bahwa hubungan dengan kekuasaan ilahi yang
bersifat supranatural yang dirasakan orang sama dengan hubungan mereka dengan
masyarakat.
4. Hubungan antara
Orientasi Agama dan Struktur Sosial
Pengalaman agama dan ide tentang yang suci
adalah kehidupan kolektif, kepercayaan dan ritus agama juga memperkuat ikatan
sosial dimana kehidupan kolektif itu bersandar. Dengan kata lain hubungan
antara agama dan masyarakat memperlihatkan saling keterangan yang sangat erat.
Pada intinya menurut Durkheim kepercayaan
totemik memperlihatkan kenyataan masyarakat itu sendiri dalam bentuk simbolis. Hubungan antara ritus agama dan kepercayaan dan
kehidupan kolektif tetap ada.
5. Agama dalam
Masyarakat Modern
Durkheim mengakui bahwa bentuk-bentuk agama
tradisional dimasa hidupnya tidak memperlihatkan kegairahan hidup yang
merupakan sifat agama orang arunta di Australia. Dia juga merasa bahwa
kurangnya gairah hidup dalam bentuk-bentuk agama di masa hidupnya merupakan
gejala rendahnya tingkat solidaritas di dalam masyarakat. Teori Durkheim dapat dikecam karena terlalu sepihak
menekankan solidaritas. Namun pasti bahwa model Durkheim tidak diharapkan untuk
diterapkan dalam suatu masyarakat yang ditandai oleh perpecahan yang tajam dan
ketidaksepakatan antarkelompok agama yang berbeda.
6. Asal-Usul
Bentuk-Bentuk Pengetahuan dalam Masyarakat
Menjelang akhir
buku The
Elementary Forms, Durkheim
memperluas pokok pikiran utamanya dengan mengemukakan
bahwa tidak hanya pemikiran agama melainkan juga pengetahuan pada umumnya
berlandaskan dari dasar sosialnya. Dalam melihat analisa tentang asal-usul pengetahuan
dalam masyarakat, jelaslah bahwa pemikiran agama dan pemikiran ilmiah
ditentukan oleh kondisi dan mencerminkan tipe struktur sosial di mana pemikiran
itu muncul. Meskipun Durkheim tidak mengembangkan perspektif ini dalam
sosiologi pengetahuan secara lengkap, perpektif ini mencerminkan asumsi
dasarnya yang berhubungan dengan prioritasnya pada masyarakat daripada
individu, serta proporsinya yang fundamental yang mengatakan bahwa perkembangan
kepribadian individu atau kehidupan subyektif seseorang itu mencerminkan
pengaruh lingkungan sosial secara mendalam.
Referensi
Johnson, Doyle P. 1986. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. Diterjemahkan Oleh : Robert M.Z. Lawang. Jilid 1. Bab V p. 164. Jakarta-Indonesia : PT Gramedia.
mungkin sbaiknya d tulis sumbernya atau d kutip dr mn?
BalasHapusoh iya jul haha .. oke ;D
BalasHapus