Minggu, 10 Oktober 2021

Pekerja Sosial Medis Sebagai Pilihan Karir Ditinjau Dari Perspektif Mahasiswa

  

Ajruni Wulandestie Arifin

Bandung, 21 Desember 2013

 

·       Mahasiswa Semester 5 jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UNPAD, Jatinangor

·       Diajukan untuk memenuhi persyaratan menjadi panelis dengan tema “Pekerjaan Sosial Medis Sebagai Pilihan Karir dari Perspektif Mahasiswa” dalam acara Konferensi dan Kongres Luar Biasa Asosiasi Pekerja Sosial Medis Indonesia

 

PEKERJAAN SOSIAL

 

Salah satu pengertian pekerjaan sosial yang sampai saat ini masih terus melekat dalam ingatan adalah definisi dari Charles Zastrow (1982:12) yang kurang lebih diartikan bahwa pekerjaan sosial adalah aktivitas professional untuk membantu individu, kelompok, atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-tujuannya.

 

Ibu Nurul Eka dalam Seminar RUU Praktek Pekerjaan Sosial di Pusdiklat Kessos Kemensos RI tempo hari menyebutkan bahwa salah satu ciri profesi adalah mengorganisasi diri melalui asosiasi profesi. Bermunculannya asosiasi profesi pekerja sosial di Indonesia membawa berbagai dampak positif. Selain bahwa profesi ini semakin diakui di Indonesia, lapangan pekerjaan bagi ranah kami menjadi semakin meluas. Sontak hal ini membuat kami sebagai mahasiswa pembelajar merasa lega dan bangga karena keabu-abuan yang dahulu sempat muncul di fikiran saat ini sudah semakin diperjelas karenanya.

 

Saat ini saya adalah mahasiswa semester 5 pada jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UNPAD. Kebetulan saya menjabat sebagai ketua angkatan KS UNPAD 2011 dan dipercaya oleh teman-teman Forkomkasi Regional Jawa Barat untuk menjadi ketua periode 2013-2015.

 

PELAYARAN PERTAMA

 

Bagi sebagian besar mahasiswa, keabu-abuan itu muncul sejak masuk di bangku kuliah tapi saya sudah merasakannya jauh sebelum itu.

 

Saya bersekolah di SMPS (Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial) atau saat ini dikenal sebagai SMK 15 Bandung. Seperti kebanyakan siswa pada masa itu, saya masuk pada ranah yang saya sendiri tidak tau jurusan apakah itu, akan mendapat pelajaran apa saja, dan bagaimana prospek kerjanya. Ketika saya bermaksud untuk mendaftar dan menanyakan pada bagian kesiswaan, informasi yang saya dapat bahwa jurusan ini akan mempelajari hal-hal yang menyangkut tentang Sosiologi, Geografi, dan Ekonomi layaknya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ketika masih menginjak bangku SMP.

 

Tetapi yang terjadi, saya sama sekali tidak mendapatkan hal itu. Pada kelas pertama, saya mendapatkan beberapa mata pelajaran yang belum pernah saya dengar sebelumnya seperti UKS (Usaha Kesejahteraan Sosial), AKS (Administrasi Kesejahteraan Sosial), TLMLS (Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial) dan beberapa mata pelajaran lainnya yang sangat membosankan. Pelajaran yang membuat saya mengerutkan kening, kemana geografi dan ekonomi yang dimaksud? Sosiologi pun hanya sebagian kecilnya saja.

 

Ternyata prestasi yang saya dapatkan pada semester pertama membawa hembusan semangat baru. Saya mendapatkan rangking satu dan saya berjanji untuk mempertahankannya pada semester depan. Semester berikutnya saya mulai mempelajari hal-hal yang menyangkut praktek seperti PPS (Praktek Pekerjaan Sosial), MPS (Metode Pekerjaan Sosial), dan beberapa mata pelajaran umum.

 

Menginjak kelas XI saya mulai dihadapkan pada mata pelajaran yang menyangkut individu, kelompok, dan masyarakat. Tahun kedua inilah yang menjadi titik balik bagi saya. Mata pelajaran seperti Pengembangan Masyarakat, Pelayanan Kecacatan, Pelayanan Lanjut Usia, Pelayanan Kesehatan Umum dan Kesehatan Mental, Pengasuhan Anak Autish, dan Pelayanan KDRT adalah mata pelajaran yang menarik bagi saya untuk dipahami. Dua mata pelajaran yang paling saya tunggu adalah Pelayanan Kecacatan serta Pelayanan Kesehatan Umum dan Kesehatan Mental. 

 

Saya baru menyadari bahwa ketika masa itu, tidak ada satu pun buku yang pernah diberikan di kelas baik literatur dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris yang membahas mengenai Pekerja Sosial, Pekerjaan Sosial, Kesejahteraan Sosial, Kebijakan Sosial, atau hal-hal yang berkaitan dengan itu. Bahan yang kami dapat adalah beberapa lembar fotokopian dan apa yang dibacakan oleh guru. Apalagi asosiasi profesi, sama sekali belum pernah mendengar. Miris.

 

PRAKTEK KERJA LAPANGAN, DUNIA PEKSOS YANG SESUNGGUHNYA

 

Menginjak masa PKL, saya diharuskan untuk memilih setting. Saya sudah menargetkan akan PKL pada salah satu LSM yang menangani anak autish yaitu Indigrow. Tetapi satu hari setelah pemilihan tersebut, saya dipanggil ke ruang BP oleh Ibu Dewi Agustiningsih selaku guru pembimbing. Ia menyarankan agar saya mengambil setting rumah sakit. Pertimbangan beliau saat itu adalah nilai saya pada mata pelajaran Pelayanan Kesehatan. Ada harapan tersendiri dari beliau suatu saat saya bisa menjadi seorang pekerja sosial medis.

 

Beliau menjelaskan sedikit banyak mengenai pekerja sosial medis. Saat itu sekolah saya bekerja sama dengan Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A Habibie meminta tiga orang siswa terbaik untuk menjadi praktikan disana. Saya akan berhadapan dengan seorang klien pengidap gagal ginjal dan akan mempraktekan teori PPS dari mulai assessment sampai dengan terminasi, dan tawaran ini merupakan kesempatan bagi saya untuk mengenal klien dalam lingkup mikro dan dalam setting rumah sakit. Begitulah beliau menjelaskan panjang lebar mengenai alasan menyarankan saya untuk memilih setting tersebut. Akhirnya, setelah meminta pendapat dari kedua orang tua, saya menjalani hari-hari PKL di RSKG Ny. R.A Habibie Bandung.

 

Selama menjadi siswa praktikan di RSKG ada 4 bagian utama yang harus dihadapi dan dijadikan pekerjaan sehari-hari. Bagian pertama adalah bagian administrasi, bagian kedua adalah bagian medrec (medical record), bagian ketiga adalah bagian keperawatan, dan bagian keempat adalah peran praktikan sebagai peksos medis itu sendiri.

 

APA YANG KITA LAKUKAN?

 

Beberapa peran yang dapat kita lakukan sebagai pekerja sosial medis[1] diantaranya adalah :

1.     Motivator. Memberikan motivasi, dukungan, dan positive affirmation kepada klien agar klien dapat merubah self talk negative yang dapat mengganggu keberfungsian sosialnya, serta memotivasi agar klien dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan memanfaatkan potensi tersebut ke arah yang positif dan menunjang masa depan.

2.   Pendamping, mendampingi klien ketika sedang melakukan rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit, berikut saat klien melakukan kegiatan sehari-hari yang membutuhkan bantuan dari pekerja sosial

3. Broker, membantu menyediakan pelayanan sosial kepada klien, menghubungkan klien pada berbagai sistem dasar peksos sesuai dengan permasalahan klien

4.    Mediatormenghubungkan klien dengan berbagai sumber pelayanan sosial yang ada di masyarakat, mengakses berbagai bantuan bagi klien contohnya BPJS

5.    Outreach, pekerja sosial menjangkau atau mendatangi klien yang karena suatu sebab ia tidak dapat menjangkau pelayanan

6.    Konselor, memberi nasihat dan saran professional kepada klien dalam mengenai berbagai alternatif pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah

 

PEKSOS MEDIS? WHY NOT!

 

Ketika saya memahami bagaimana sesungguhnya berperan sebagai pekerja sosial, saya memiliki tekad untuk kembali melanjutkan kuliah dengan jalan yang sama. Suatu anugerah ketika saya dapat diterima sebagai mahasiswa di jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UNPAD dan melanjutkan perjuangan. Banyak hal-hal baru yang tidak saya dapatkan di SMK. Saya mengenal dunia peksos dengan lebih luas, dosen-dosen dengan berbagai pengetahuannya yang luar biasa ketika memahami tentang profesi dan keilmuan ini, saya temukan banyak literatur buku, dan beberapa asosiasi profesi yang kemudian semakin bermunculan seiring berjalannya waktu.

 

Berbagai mata kuliah seperti Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial, Komunikasi Pekerjaan Sosial, Human Behavior and Social Environtment, Teori Pekerjaan Sosial Mikro, Social Case Work, dan Social Group Work, dapat menjadi tumpuan dan bekal teori bagi calon pekerja sosial medis, dan saya semakin mantap untuk menggeluti profesi ini.

 

Sebagai seorang calon pekerja sosial, rumah sakit menjadi salah satu alternatif pilihan yang wajib dipertimbangkan ketikaakan melanjutkan S2 atau memilih karir. Di tengah berbagai profesi seperti dokter, perawat, psikolog, dan lain sebagainya kita sebagai pekerja sosial medis dapat membawa ciri khas tersendiri. Bukan hanya memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien tetapi juga membantu dan mendampingi sampai klien dapat kembali berfungsi sosial. Tahapan praktek pekerja sosial dari mulai assessment, plan of treatment, treatment, sampai dengan terminasi akan menjadi pekerjaan sehari-hari yang menjadi ciri khas dari profesi pekerja sosial dibandingkan dengan profesi lain.

 

Semakin jelaslah bahwa lapangan pekerjaan bagi profesi pekerja sosial sudah semakin luas. Pekerja sosial medis menjadi pilihannya. Pada setting ini, keahlian dan kemampuan yang kita miliki tidak kalah untuk bersaing dengan profesi lain bahkan menjadi ciri khas tersendiri ketika kita lebih memfokuskan pada keberfungsian sosial dan interaksi klien dengan lingkungannya.

 

Jadi, marilah kita semakin mengembangkan profesi pekerja sosial di Indonesia dengan modal cinta dan bangga pada profesi kita sendiri ..

 

Salam spirit,

Ajruni Wulandestie Arifin

 



[1]  Beberapa point dikutip dari peran pekerja sosial yang disebutkan oleh Edi Suharto dalam bukunya “Pembangunan, Kebijakan Sosial, dan Pekerjaan Sosial” (2008:245)

Selasa, 13 Juli 2021

Memperkenalkan Pekerja Sosial, Profesi Kemanusiaan

 


Penulis :
Ajruni Wulandestie Arifin, S.Kesos
Pekerja Sosial di Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

 

Siapa yang tidak kenal @/Awkarin, salah satu influencer kenamaan Indonesia yang beberapa pekan lalu berhasil menarik perhatian penggemarnya. Penyebabnya tidak lain ketika dirinya mengumumkan akan non-aktif dari instagram beberapa waktu.

Alih-alih membuat isu fenomenal, Awkarin memutuskan untuk mengikuti kegiatan kerelawanan di Palu, Donggala. Bersama Sekolah Relawan, Awkarin menyalurkan paket bantuan bencana kepada korban gempa dan tsunami. 

Kegiatan amal dan kerelawanan dewasa ini menjadi animo yang menggugah nurani dan perhatian masyarakat. Animo tersebut hadir baik dalam bentuk perseorangan maupun komunitas.

Kelompok OSIS yang menjadi donatur ke panti-panti, mahasiswa yang turun ke masyarakat melakukan kegiatan pemberdayaan, munculnya berbagai platform penggalangan dana, hingga youtuber dan influencer yang memuat konten-konten berbagi. Semangat berbagi dan membantu sesama semakin marak dilakukan di tengah peliknya permasalahan sosial yang kompleks di masyarakat.

Di tengah maraknya kegiatan amal dan kerelawanan, belum banyak yang mengetahui keberadaan profesi pekerja sosial. Mengutip Zastrow (1982), pekerja sosial adalah aktivitas profesional untuk membantu individu, kelompok, atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-tujuannya.

Singkatnya, pekerja sosial adalah profesi kemanusiaan. Bukan hanya sebagai bagian insidental, namun berkiprah dan mendedikasikan dirinya untuk membantu orang lain.

Kegiatan amal mulai berkembang di Indonesia sejak jaman Kolonialisme. Presiden Soekarno mengusung nilai gotong royong sebagai dasar kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia.

Nilai-nilai yang tercipta dari berbagai kegiatan bermasyarakat seperti usaha menyediakan pendidikan bagi masyarakat, perbaikan-perbaikan kesehatan, perlindungan sosial, hingga perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia kemudian diorganisir hingga terbentuklah Kementerian Sosial pada tanggal 19 Agustus 1945. Lahirnya Kementerian Sosial menjadi cikal bakal hadirnya profesi pekerja sosial di Indonesia.

Melahirkan kegiatan amal menjadi sebuah profesi bukan hal yang mudah. Pasalnya, sebuah profesi dibangun berdasarkan pendidikan, keterampilan dan nilai-nilai. Berkembangnya permasalahan sosial yang kompleks perlu didukung oleh tenaga professional yang diberikan pemahaman dalam mengentaskan berbagai permasalahan yang terjadi.

Perlu komitmen mendalam dan jangka panjang untuk menyelesaikan permasalahan sosial hingga tuntas ke solusi. Tenaga profesional inilah yang diberikan pendidikan, pelatihan, serta diatur keterikatannya dalam kode etik profesi.

Namun kenyataan pahit bahwa di Indonesia profesi ini masih sering dibingungkan dengan volunterisme, para-profesional, maupun pegawai negeri. Kebingungan ini ditambah dengan seringnya orang disebut pekerja sosial sekalipun tidak memiliki pendidikan formal di bidang tersebut.

Asosiasi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Indonesia (Aspeksi) mencatat setidaknya ada 33 Kampus/Universitas se-Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan bagi profesi pekerja sosial. Kampus/Universitas tersebut tersebar dari Sabang sampai Merauke. Mahasiswa yang mendaftarkan dirinya ke jurusan / program studi ini akan mendapatkan pendidikan, keterampilan, dan nilai-nilai praktik pekerja sosial sehingga dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh individu, kelompok/komunitas, dan masyarakat. Untuk menjadi profesi pekerja sosial, seseorang wajib menempuh pendidikan D-IV Pekerjaan Sosial / S-1 Kesejahteraan Sosial.

Setidaknya, ada tiga tujuan utama dari praktik profesi pekerja sosial diantaranya untuk membantu seseorang agar mampu memenuhi kebutuhan dasar, mampu menjalankan peran sosial, serta menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Upaya-upaya tersebut bertujuan untuk menciptakan keberfungsian sosial baik bagi individu, kelompok/komunitas, hingga masyarakat.

Saat ini, profesi pekerja sosial telah memiliki payung hukum sebagai dasar pelaksanaan pratik pekerja sosial yakni Undang-Undang No. 14 tahun 2012 tentang Pekerja Sosial. Hadirnya undang-undang ini menjawab keresahan bagi profesi pekerja sosial yang seringkali masih belum diakui keberadaanya, padahal profesi ini memiliki peran yang vital dalam mengentaskan permasalahan di Indonesia, khususnya penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Dengan hadirnya undang-undang ini, profesi pekerja sosial telah dianggap setara dengan profesi lainnya seperti Dokter, Psikiater, Psikolog maupun profesi lainnya. Bahkan, dalam beberapa bidang praktik seperti bidang medis dan bidang anak, pekerja sosial bekerja dengan lintas disiplin ilmu lainnya.

Salah satu hal menarik dialami oleh Wulan, ketika tahun 2017 bergabung menjadi Tim Transplantasi Organ dan Jaringan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pengalamannya menjadi pekerja sosial medis membuat ia berkesempatan menyampaikan hasil asesmen sosialnya di hadapan para tenaga medis seperti dokter, perawat, ahli bedah, psikiater, dan tim mediko legal. Dari pengalamannya, hasil asesmen sosial yang ia buat berdasarkan manajemen kasus pekerja sosial yang dilakukannya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi tim medis dalam memahami kondisi sosial pasien.

Wulan, membantu kliennya untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapinya hingga kemudian mendapatkan alternatif pemecahan masalah. Pengalamannya membantu klien transplantasi hati, Wulan mengadvokasi kebutuhan orang tua pasien agar tidak kehilangan pekerjaan, menghubungkan klien dengan sistem sumber yang dapat membantu kebutuhan sehari-hari terutama susu medis yang mahal sekali harganya melalui platform penggalangan dana, hingga bekerjasama dengan profesi lainnya.

Diluar sana, banyak sekali pekerja sosial lain yang ketika Anda membaca artikel ini sedang berjuang dalam pekerjaannya. Bahkan, di situasi pandemi seperti saat ini pekerja sosial telah menerbitkan Panduan Praktik Pekerjaan Sosial dalam Pandemi Covid-19. Artinya peran pekerja sosial tidak terhenti walaupun di masa pandemi.

Melalui tulisan ini, diharapkan masyarakat yang membutuhkan bantuan dalam mengatasi permasalahanya dapat mulai mengakses profesi pekerja sosial karena keberadaannya saat ini telah semakin meluas dan familiar. Keberadaan profesi pekerja sosial bukan hanya di ranah pemerintahan, namun juga non-government sector dan praktik mandiri.

Masyarakat yang membutuhkan bantuan profesi pekerja sosial dapat mengaksesnya melalui website resmi Independen Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) di www.ipspi.org atau melalui akun instagram @ipspi.official.

(07/21)

Kamis, 25 Oktober 2012

Sumbangsih Beberapa Teori Sosial terhadap Profesi Pekerjaan Sosial

1.     Teori Kritik Sosial
a.       Definisi
Teori kritik sosial merupakan salah satu teori yang menemukan pemahaman tentang bagaimana cara orang berkomunikasi dan bagaimana mereka mengembangkan makna simbolik di masyarakat. Teori ini mengkritik dan mengubah masyarakat kontemporer. Di era teknologi dan informasi, teori kritik sosial memusatkan diri kepada mengkritik budaya dan pengetahuan industri sejak pekerjaan dalam industri lebih kepada memproduksi dan bekerja. Teori ini sadar akan adanya kerugian dalam masyarakat dan tuturan yang sangat berarti tentang nilai-nilai fundamental. Mereka melihat adanya kebutuhan interogasi dari pengetahuan dan menerimanya – semua menghampiri sebagai aturan dan sumbangsih.
Teori kritis di definisikan teori yang berusaha memahami hakikat realitas yang ditentukan penindasan dan penghisapan. Teori kritis berusaha membuka kesadaran palsu masyarakat yang tujuannya menghilangkan kuasa mutlak penindasan atas manusia. Teori kritis selalu curiga dan mempertanyakan kondisi “status quo” di masyarakat yang kelihatannya produktif dan bagus dan tampak dipermukaan tersebut sesungguhnya terselubung struktur masyarakat yang menindas dan menipu kesadaran khalayak.
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Teori Kritis menjadi inspirasi dari gerakan sosial kemasyarakatan. Gerakan sosial ini dipelopori oleh pemikir sosial yang pada waktu itu. Menurut teori ini, kritikan terjadi di dalam penindasan terhadap masyarakat yang lemah.
Sumbangsih terhadap pekerja sosial, yaitu bahwa dalam praktek pekerja sosial sendiri, salah satu tugas kita yakni meluruskan adanya ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Ada kalanya kita tidak sepaham dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Contohnya saja NASW yang menentang adanya National Rifle Association.
Teori ini juga dapat membantu pekerja sosial dalam memahami hubungan antara wawasan individu dan perubahan sosial.


2.     Teori Ekologi
a.       Definisi
Ekologi teori berpusat pada lingkungan, biologi, dan pelajaran di antropologi untuk menyorot interkoneksi antara gejala sosial dan faktor-faktor geografis lainnya.
Teori ini mengingatkan kita bahwa manusia memiliki pernah mengubah fisik dan budaya lingkungan.  Ide-ide tentang ekologi dan ekosistem dari kelompok manusia telah mempengaruhi membantu profesi (Germain & amp; Gittelman, 1995; Pardeck, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sosial dan orientasi baru untuk intervensi meliputi
-             Melihat konteks untuk menjadi sama pentingnya dengan situasi segera
-             Mencari ekologi, alam, dan impersonal pengaruh selain pribadi penyebab masalah manusia
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Sampai saat ini, pekerjaan sosial telah menyoroti terutama lingkungan daripada kelompok masyarakat, atau kekuatan masyarakat; untuk sebuah kritik terhadap penekanan ini. Yang pasti adalah bahwa lingkungan masyarakat datang ke dalam fokus saat mereka bekerja untuk melindungi anak-anak. Teori ekologis berpusat pada adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur dalam lingkungan. Pekerja sosial harus mengetahui tentang teori ini karena berhubungan dengan faktor penyebab eksternal dari inti masalah yang dihadapi klien. Selain itu, berhubungan juga dengan sistem sumber yang relevan untuk membantu pekerja sosial untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh klien.

3.     Teori Feminis
a.       Definisi
Feminisme berkenaan dengan pembebasan perempuan daripada penindasan oleh kaum lelaki. Dalam istilah yang mudah, feminisme merupakan kepercayaan kepada kesamaan sosial, politik, dan ekonomi antara kedua-dua jantina, serta kepada sebuah gerakan yang dikendalikan berdasarkan keyakinan bahawa jantina harus tidak merupakan faktor penentu yang membentuk identiti sosial atau hak-hak sosiopolitik dan ekonomi seseorang. Sebahagian besar ahli-ahli gerakan kewanitaan khususnya bimbang akan apa yang dianggapnya sebagai ketaksamaan sosial, politik, dan ekonomi antara kedua-dua jantina yang memihak kepada kaum lelaki sehingga menjejaskan kepentingan kaum perempuan; sesetengah mereka memperdebatkan bahawa identitas, seperti "lelaki" dan "perempuan", merupakan ciptaan masyarakat. Di bawah tekanan berterusan untuk mengikut norma-norma kelelakian, ahli-ahli gerakan kewanitaan tidak bersetuju antara satu sama lain tentang persoalan-persoalan punca ketaksamaan, bagaimana kesamaan harus dicapai, serta takat jantina dan identiti berdasarkan jantina yang harus dipersoalkan dan dikritik.
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Salah satu bidang garapan pekerja sosial adalah isu tentang kesetaraan gender. Dalam teori ini diperjelas bahwa implementasi dari teori feminisme adalah terwujudnya keadilan gender dalam berbagai aspek kehidupan, serta mewujudkan kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini dianggap penting karena klien yang kita tangani bukan saja dari kaum laki-laki tapi juga perempuan. Tidak sedikit dari klien yang mengalami masalah tentang kesetaraan gender. Misalnya, penopang  ekonomi kehidupan adalah suami, sementara istri hanya diam dirumah. Anggapan ini tentu saja salah setelah kita memahami teori ini. Laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama di bidang apapun itu.

4.     Teori Konstruksi Realita
a.       Definisi
Teori ini membantu klien untuk meningkatkan kekuasaan yang lebih besar atas organisasi dan lembaga yang membentuk kehidupan mereka. Pada bagian sebelumnya, telah dibahas segala hal bahwa pekerja sosial dapat mengambil langkah ke arah tersebut jika pekerja sosial dan klien melihat bahwa dalam kehidupan ini terus terjadi adanya perubahan sosial, tidak stuck. Teori ini juga dapat membantu klien mendapatkan tingkat yang lebih besar kekuasaan atas organisasi dan lembaga-lembaga  yang membentuk kehidupan mereka adalah tujuan penting praktek kerja sosial. Pada bagian sebelumnya, kami mengusulkan bahwa klien dan pekerja sosial yang lebih mungkin untuk mengambil langkah arah itu jika mereka melihat dunia sebagai berpotensi berubah daripada tetap. Teori realitas pembangunan oleh Peter Berger dan dalam The Social Construction of Reality menunjukkan bahwa pemahaman mereka datang melalui proses sosial.
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Teori ini membahas masalah penting tentang konsepsi struktur sosial dan juga sistem-sistem yang sangat penting yang ada di dalam masyarakat.

5.    Teori Sistem
a.       Definisi
Pokok dasar yang mendasari sistem teori adalah integrasi yang baik dan kehalusan dalam berfungsi sosial, keduanya sangat mungkin dan patut ada. Teori sistem ini ada ketika ada beberapa sub sistem yang menopangnya. Teori sistem ini seharusnya terpisah dari sistem-sistem yang lain dan dari keadaan sekitarnya. Pada waktu yang sama, tidak ada satu pun manusia yang hidup tanpa adanya hubungan dengan lingkungannya. Dalil mendefinisikan bahwa intisarinya ada di sistem terbuka. Setiap sistem manusia harus bernegosiasi dengan lingkungannya. Konsekuensinya, harus terbuka dengan beberapa taraf kehidupan dan mengelola beberapa taraf tersebut bagi adanya ketidakpastian dari sumber daya eksternal. Menurut David Easton, Teori sistem adalah suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu antara sub-sub sistem dengan sistem sebagai suatu unit. Untuk melihat kehidupan sosial, sistem dapat bermakna kenyataan sosial yang terintegrasi dari kompleksitas berbagai unit yang ada serta bersifat interdependen. Jadi perubahan unit-unit sosial akan menyebabkan perubahan pada unit-unit lainnya dalam satu totalitas. Untuk melihat kehidupan sosial, sistem dapat bermakna kenyataan sosial yang terintegrasi dari kompleksitas berbagai unit yang ada serta bersifat interdependen. Jadi perubahan unit-unit sosial akan menyebabkan perubahan pada unit-unit lainnya dalam satu totalitas.
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Teori sistem ini dapat digunakan untuk memberikan kontribusi dan menerapkan analogi dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari teori sistem ini agar dikombinasikan dengan aplikasi dan prinsip-prinsip untuk melihat beberapa aktivitas. Kinerja dalam perusahaan misalnya. Atau kinerja yang dilakukan oleh suatu pekerjaan professional.
Salah satu contohnya adalah keluarga. Keluarga adalah salah satu sistem.
Oleh pekerja sosial sendiri, teori sistem ini sangat sering digunakan. Karena dalam prakteknya, pekerja sosial dihadapkan kepada Individu, Kelompok, dan Masyarakat. Dan unsur-unsur tersebut adalah sistem dalam masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, pemberian bantuan yang dilaksanakan oleh pekerja sosial kepada IKM (Individu, Kelompok, Masyarakat) diawali dari Intake sampai Terminasi, semua itu pun berupa sistem.
Dalam pemberian bantuannya juga, ketika seorang pekerja sosial menanangi klien, ia harus mencarikan sistem sumber yang relevan dengan permasalahan yang dialami oleh klien. Sistem sumber ini dapat digunakan juga untuk membantu klien mencari dan meningkatkan potensi yang dimilikinya.

6.     Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
a.       Definisi
Asumsi dasar dari Teori Belajar Sosial ini adalah bahwa tingkah laku manusia dapat dipelajari selama adanya interaksi dengan orang lain dan dengan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini, tidak disangkal bahwa adanya proses di dalam biologis dan psikologis seseorang akan mempengaruhi emosi dan pikirannya. Teori belajar sosial memandang perilaku individu tidak semata - mata refleks otomatis atau stimulus. Melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan ( imitation ) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Melalui pemberian reward and punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari interaksi antara manusia dengan lingkungan, dan sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri. Perilaku timbul karena adanya interaksi antara lingkungan dengan individu. Perilaku timbul bukan karena semata - mata refleks otomatis melainkan juga akibat reaksi yang timbul dari hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu. Apabila perilaku itu bersifat baik maka akan menimbulkan norma dan moral yang baik. Begitu juga sebaliknya.
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Pendekatan terhadap tingkah laku manusia pada praktek pekerja sosial sering teridentifikasi karena banyaknya model dari terapi untuk individu dan kelompok. Teori ini sangat berguna untuk praktek pekerja sosial dalam bimbingan sosial masyarakat terutama untuk memahami dan mempengaruhi tingkah laku dari individu dan masyarakat tersebut. Hal ini dirasa perlu untuk seorang pekerja sosial untuk melihat latar belakang dari inti masalah yang akan ditentukan kepada klien. Pekerja Sosial harus benar-benar tahu apa saja yang melatarbelakangi seseorang bertingkah laku dan berfikir. Dan semua hal tersebut dipelajari dalam teori ini.

7.     Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
a.       Definisi
Ketika seseorang bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, entah itu dari segi ekonomi, sosial, maupun psikologi, pertukaran adalah tindakan ingin mendapatkan suatu komoditas yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu yang dapat dihargai oleh pihak lain. Teori pertukaran sosial, dihubungkan dengan teori seperti George C. Homans (1974), Peter M. Blau (1964), dan Richard Emerson (1962), membentuk blok bangunan konseptual lain untuk praktik komunitas yang Dibangun pada aspek-aspek operant pengkondisian sosial belajar teori dan pandangan ekonomi hubungan manusia sebagai prihatin dengan maksimalisasi ganjaran atau keuntungan dan minimalisasi hukuman atau biaya, teori pertukaran mendasari keterampilan semacam itu sebagai tawar-menawar, negosiasi, advokasi, jaringan, dan pemasaran.
Pada dasarnya, setiap manusia itu mengalami perubahan. Entah progress, regress, atau statis. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Secara umum, dalam kerangka pertukaran sosial teori ini penting untuk dicatat karena kekuatan dari pertukaran sosial akan membangun relasi yang lebih di antara IKM dan memungkinkan adanya koneksi walaupun belum pernah ada sebelumnya, serta menciptakan saling ketergantungan. Karena potensi untuk membangun hubungan dengan orang lain itu terbatas, implikasinya bahwa kekuasaan tidak terbatas sebagai sumber daya atau terbatas pada kelompok individual. Sebaliknya, kekuasaan dapat dipandang sebagai sumber daya yang dinamis yang selalu di-upgrade.
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Teori ini memberikan sumbangsih tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bisa berupa nilai-nilai, norma-norma, dan aturan masyarakat. Karena, hal ini berkaitan dengan perilaku masyarakat pada masa tersebut. Dengan teori ini, kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi latar belakang adanya perubahan sosial.
Pekerja Sosial perlu mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang terjadi di masyarakat sehingga pekerja sosial tidak salah dalam menentukan inti masalah bagi klien. Pekerja sosial juga perlu mengetahui perubahan-perubahan mana saja yang dinilai memiliki dampak positive dan bahkan sebaliknya. Dampak dari perubahan sosial juga bermacam-macam. Bahkan bisa saja menimbulkan masalah sosial. Salah satu contohnya adalah frustasi. Maka dari itu pekerja sosial juga sangat perlu untuk belajar tentang teori ini.

8.     Teori Organisasi
a.       Definisi
Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan. Tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Hubungan kekuasaan dan pertukaran mengatur banyak hal dari perilaku interorganisasional. Hal ini karena anggota masyarakat memiliki tugas dalam organisasi tersebut. Selain itu, organisasi harus membangun dan mengelola organisasinya agar sukses dalam beroperasi. Jika kita salah satu bagian dari organisasi, tidak dapat membangun saling ketergantungan-syarat dan pesaing bisa membuat itu sulit-tidak akan mampu mengukir diterapkan domain.
Hubungan antarorganisasi menjadi benar-benar menarik ketika kita berpikir tentang konsep domain dan lingkungan tugas sebagai dinamis, bukan dari entitas statis. Bayangkan bidang pertukaran dengan beberapa individu, kelompok, dan organisasi, yang masing-masing memiliki domain sendiri dan tugas lingkungan tapi semua yang setidaknya longgar terhubung, langsung maupun tidak langsung, sebagaimana akan terjadi.
Banyak komunitas praktek melibatkan, menetapkan, mengelola dan menjalin hubungan dengan kelompok lain dan organisasi. Pemilihan materi teori sejauh ini disajikan untuk menyediakan dasar bagi banyak ide-ide cemerlang yang membantu kita memahami hubungan di dalam organiasi ini. Dalam teori ini dibahas tentang bagaimana cara memahami perilaku kelompok dan organisasi-organisasi besar. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia cenderung berkelompok sesuai dengan kesukaannya masing-masing. Ada yang berkelompok karena bakatnya dalam bidang menyanyi, berolahraga, dan lain sebagainya. Karena latar belakang minat mereka, seringnya manusia membentuk kelompok-kelompok yang kemudian menjadi suatu organisasi.
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Teori ini mempelajari tentang apa saja yang menjadi latar belakang masyarakat membentuk organisasi-organisasi. Hal ini pula yang dipakai oleh pekerja sosial. Berkaitan juga dengan sistem sumber, pekerja sosial dapat mencarikan sistem sumber yang tepat bagi klien dengan mempelajari teori ini. Karena dalam teori ini dipelajari tentang relevansi antara tingkah laku, psikologis manusia dan kecenderungannya untuk berorganisasi. Selain itu, pekerja sosial juga harus mengetahui organisasi-organisasi apa saja yang ada di dalam masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan keberfungsian sosial klien. Atau dapat pula mencari organisasi yang ada di masyarakat untuk dijadikan strength based bagi daerah yang sekiranya masih perlu untuk ditingkatkan.

9.     Teori Konflik
a.       Definisi
Dalam kehidupan manusia, ada kemungkinan bahwa seorang manusia akan mencari tatanan kehidupan dan organisasi yang pas bagi dirinya. Oleh karena itu proses sosialisasi dan control sosial akan sangat mendukung untuk diterima. Sedangkan proses yang melibatkan konflik sosial sering membuat kondisi menjadi tidak nyaman. Namun, konflik juga termasuk aspek alami dalam suatu kehidupan sosial bermasyarakat yang tidak bisa dielakkan dalam kehidupan manusia. Jadi, perspektif dialektis konflik dalam sosiologi dapat dipakai untuk praktek pekerja sosial. Ada beberapa asumsi dasar tentang sistem masyarakat yang dikemukakan oleh Marx dan Dahrendorf. Keduanya percaya bahwa (a) sistem sosial sistematis yang menimbulkan konflik, karena konflik itu meresap dari fitur masyarakat, (b) konflik dihasilkan oleh kepentingan menentang yang pasti bagian dari struktur sosial masyarakat, (c) kepentingan menentang tersebut berasal dari distribusi yang tidak merata serta sumber daya yang langka dan kekuasaan yang dominan di antara subordinat kelompok, dan karenanya setiap masyarakat bertumpu pada kendala dari orang lain, (d) kepentingan yang berbeda cenderung polarisasi menjadi dua kelompok konflik, (e) konflik adalah dialektis, yaitu resolusi satu Konflik menciptakan satu set baru untuk kepentingan menentang tersebut, serta dalam kondisi tertentu, menimbulkan konflik yang berkelanjutan, dan (f) sebagai akibat dari konflik yang sedang berlangsung, perubahan sosial adalah fitur yang meresap di masyarakat.
Mungkin ada kecenderungan alami di antara manusia untuk mencari tatanan sosial dan organisasi dalam hidup mereka. Oleh karena itu proses sosialisasi dan kontrol sosial yang mendukung perintah tampak sangat diterima, sementara proses yang melibatkan konflik sosial sering membuat kita tidak nyaman Namun, seperti yang kita katakan sebelumnya, gangguan ini juga aspek kehidupan manusia yang tak terelakkan. Dengan demikian perspektif dialektis konflik dalam sosiologi, seperti mengajukan oleh teori, sejarawan seperti Karl Marx dan Ralf Dahrendorf, dapat terus menginformasikan praktek kerja sosial.
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
               Jadi pada intinya Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Dalam teori konflik ini dipelajari apa apa saja yang sekiranya dapat memicu konflik di masyarakat. Pekerja Sosial mempelajari teori ini agar dapat mengetahui kontrol-kontrol sosial yang ada di masyarakat itu seperti apa. Selain itu agar pekerja sosial dapat mengetahui sebab akibat yang tepat dari IKM yang berkonflik. Karena dalam teori ini juga dipelajari latar belakang IKM itu kenapa berkonflik.

10.          Teori Motivasi
a.       Definisi
Teori motivasi, yang mempelajari mengapa, kapan, dan bagaimana orang bertindak atau penurunan untuk bertindak, terhubung secara konseptual dengan emosi dan pengertian dari sifat manusia. Ketika menyelidiki penyebab perilaku manusia, motivasi teoretisi sering memilih orientasi batin, berfokus pada perilaku individu daripada kolektif. Meskipun demikian, motivasi teori menarik dari ilmu politik, sosiologi, ekonomi, bisnis, dan periklanan (teknologi motivasi), psikologi dan filsafat, dan memiliki makro-aplikasi. Motivasi adalah fitur psikologis yang membangkitkan suatu organisme untuk bertindak menuju tujuan yang diinginkan dan memunculkan, kontrol, dan memelihara perilaku tujuan tertentu diarahkan. Sebagai contoh: Seorang individu tidak dimakan, dia merasa lapar, dan sebagai respon dia makan dan mengurangi rasa lapar. Ada banyak pendekatan untuk motivasi: fisiologis, perilaku, kognitif, dan sosial.
Motivasi mungkin berakar dalam kebutuhan dasar untuk meminimalkan rasa sakit fisik dan memaksimalkan kesenangan, atau mungkin termasuk kebutuhan spesifik seperti makan dan beristirahat, atau untuk objek yang diinginkan. Secara konseptual, motivasi berkaitan dengan emosi. Tetapi kedua hal tersebut berbeda.
b.      Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Teori motivasi ini sangat membantu bagi IKM. Contohnya ketika kita sebagai pekerja sosial menemukan adanya masalah bagi IKM, motivasi menjadi sangat penting untuk adanya perubahan dalam IKM tersebut. Bahkan kurangnya motivasi dapat dijadikan sebagai inti masalah. Sebagai contoh, ketika masalah terjadi pada salah seorang individu. Dia tau potensi apa yang dimilikinya, tapi tidak memiliki semangat untuk mengembangkan potensi tersebut. Hal inilah yang harus dirubah dari individu tersebut. Kita sebagai pekerja sosial harus meningkatkan motivasi bagi klien agar mereka lebih semangat untuk merubah dirinya menjadi lebih baik, bahkan memanfaatkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Karena siapa tau potensi tersebut yang akan membawa klien keluar dari masalah yang sedang dialaminya. Motivasi ini juga sangat perlu untuk membantu keberhasilan dalam proses pendidikan.
Motivasi ini bisa berasal dan dalam individu maupun dari luar individu. Baik yang berasal dari faktor psikis atau fisik individu yang sedang belajar maupun berasal dari lingkungan alam, sosial ekonomi dan sebagainya. Banyak contoh bisa diberikan untuk menunjukan bagaimana proses pendidikan yang berhasil baik dengan penerapan motivasi didalamnya. Selain itu, teori ini membantu pekerja sosial untuk memotivasi klien klien yang sedang di dalam permasalahan dengan metode metode yang ada. Motivator juga menjadi salah satu peran pekerja sosial. Hal ini disebabkan karena memberikan motivasi klien adalah hal yang sangat penting.