Jumat, 14 Oktober 2011

PEKERJA SOSIAL : Rebut Pasar Sosial Anda !


Oleh : wulansocialworker@yahoo.co.id




Sesungguhnya sektor sosial bekerja seperti sektor ekonomi. Layaknya sektor ekonomi dimana mekanisme pasar bekerja, sektor sosialpun demikian. Ada sisi penawaran, dimana ratusan ribu produsen bekerja untuk menghasilkan produk jasa sosial. Dan ada sisi permintaan, dimana jutaan konsumen produk (barang ataupun jasa) sosial mengkonsumsi berbagai layananan sosial. Interaksi sisi penawaran dan permintaan inilah yang membentuk pasar sosial di sektor sosial.

Diluar itu dibutuhkan berbagai infrastruktur pasar sosial agar pasar sosial dapat bekerja efisien. Pertama tama tentu saja infrastuktur keuangan sosial, tempat para produsen sosial mendapatkan “modal sosial’ mereka. Para investor sosial ini mendanai berbagai inisiatif pengembangan produk sosial, membiayai investasi awal dan pengembangan serta perluasaan produk jasa sosial.

Kedua infrastruktur pendidikan yang memasok kebutuhan sumber daya manusia dalam melaksanakan proses produksi produk sosial. Disinilah sekolah pekerja sosial dari jenjang terendah dan tertinggi berperan. Disamping berbagai kursus kesejahteraan sosial, yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan tambahan dalam metode dan tehnik produksi produk sosial. Untuk mengetahui lebih lanjut sisi penawaran dan permintaan pasar sosial, tulisan pertama ini akan mengetahui lebih dalam karakter, aktor dan potensi besarnya sisi penawaran dan permintaan pasar sosial, khususnya di Indonesia

Pasar Sosial : Sisi Penawaran

Penawaran pasar sosial dapat diartikan semua pihak yang memberikan layanan sosial kepada berbagai kebutuhan konsumen berpendapatan rendah. Layanan sosial ini biasanya dalam berbagai bentuk penyediaan layanaan pendidikan yang murah tapi berkualitas, berbagai layanaan kesehatan (dari penyediaan berbagai jasa kesehatan dari lahir hingga mati, asuransi kesehatan dan kematian, hingga infrastruktur kesehatan lainnya), layanaan peningkatan pendapatan (berbagai pelatihan dan capacity building hingga akses pasar dan permodalan) dan bentuk bentuk layanaan lainnya yang bersifat preventif, kuratif dan rehabilitatif pada konsumen tertentu.

Berbagai pelaku pasar ada disini untuk menyediakaan berbagai produk sosial diatas. Mulai pemerintah, berbagai jenis organisasi sosial (yayasan, perkumpulan, koperasi, organisasi massa dan organisasi profesi lainnya) baik lokal dan internasional, dan private (perusahaan nasional dan multi nasional). Persaingan antar pelaku sektor sosial ini telah menimbulkan persaingan yang ketat dan mendorong berbagai inovasi layanan produk sosial.

Pasar Sosial : Sisi Permintaan

Permintaan pasar sosial adalah mereka yang memiliki tingkat pendapatan rendah. Hingga tidak dapat mengakses kebutuhannya dengan harga pasar konvensional (pasar di sektor ekonomi). Menurut Internasional Finance Corporation, sebuah badan dibawah naungan world Bank, dalam publikasikanya dipenghunjung tahun 2007 menyebut konsumen berpendapatan rendah ini adalah mereka yang memiliki pendapatan 3,000 s/d 500 dollar per tahun atau memiliki pendapatan dari 80,000 s/d 10.000 rupiah per hari. Di Indonesia jumlahnya tidak kurang dari 206 juta orang atau sekitar 99 % total populasi di negeri ini. Dalam setahun mereka menghabiskan uang beratus juta dollar untuk kebutuhan air, makan, perumahan, kesehatan dan akses terhadap informasi dan komunikasi serta pendidikan. Kebutuahan inilah yang membentuk sisi penawaran pasar sosial dengan potensi ekonomi jutaan dollar. Namun demikian, karakter pasar sosial yang informal membuat pasar ini tidak terlihat (shadow economy).

Interaksi Pasar Sosial

Mekanisme aliran produk jasa sosial kepada konsumen berpendapatan rendah, tidaklah dapat disamakan dengan pasar ekonomi dengan mekanisme harga tertentu. Interaksi pasar sosial melalui saluran mekanisme harga yang beragam. Saluran pertama yang masih menjadi karakter pasar ini adalah “No fee for services”. Dimana konsumen produk sosial sama sekali tidak membayar harga tertentu atas produk sosial yang dinikmatinya. Produsen yang memproduksi layanaan jenis ini biasanya adalah lembaga pemerintah, atau organisasi sosial yang mendapatkan dana dari pemerintah atau lembaga internasional lainnya. Saluran kedua adalah mekanisme “fee for service”. Dimana konsumen produk sosial membayar sesuai dengan biaya produksi menghasilkan produk sosial. Produsen jenis ini adalah organisasi sosial yang mengembangankan unit bisnis dalam melaksanakan layanaan sosialnya. Terakhir adalah saluran “Premium Services”. Produsen layananan sosial ini adalah mereka yang telah mengembangakan layananan sosial sebagai bisnis sosial dengan konsumen baik berpendapatan rendah maupun tinggi. Sistem subsidi biasanya diterapkan dalam jenis ini.

Pekerja Sosial : Pasar Sosial Tantangan Kedepan

Pekerja sosial adalah mereka yang bekerja dalam organisasi sosial, salah satu pelaku pasar sosial. Layaknya pasar ekonomi, pasar sosial kini tengah dilanda kompetisi yang sangat ketat hingga menuntut profesionalisme dan inovasi dalam menghasilkan layanaan sosial yang prima. Untuk dapat berperan di tengah interaksi pasar sosial yang semakin dinamis ini, beberapa asumsi mendasar praktek pekerja sosial harus diubah atau dihilangkan sama sekali :
Asumsi dari “Penyandang Masalah” menjadi konsumen yang potensial. Melihat klien sebagai penyandang masalah tidak hanya mengecilkan potensi klient tapi juga menutup interaksi yang seharusnya pertukaran produktif antara pekerja sosial dan klientnya. Melihat mereka sebagai konsumen aktif yang memiliki potensi dan kekuatan layaknya pelanggan atau konsumen membuat layanaan sosial yang diberikan oleh pekerja sosial dapat lebih berkualitas
Dari Pekerja Sosial yang karyawan menjadi wirausahawan sosial. Pekerja sosial yang hanya bekerja sebagai karyawan, tanpa kreatifitas dan inovasi lama lama akan menjadi tertinggal oleh dinamika kebutuhan pasar sosial yang cepat berubah. Kuncinya jadilah wirausahawan sosial, jika tidak mau kadaluarsa.

Bagian kedua dari tulisan ini akan mendiskusikan dukungan infrastruktur sosial yang membuat pasar sosial ini bekerja efisien. Serta dimana reformasi pendidikan profesi pekerja sosial diperlukan untuk tetap bertahan ditengah dinamika pasar sosial yang makin kompetitif.

PENULIS

Erwin Novianto adalah pekerja sosial yang berpengalaman dalam pengembangan ekonomi masyarakat berbasis koperasi, usaha kecil dan kewirasuhaan sosial. Lama bekerja sebagai konsultan, pelatih dan koodinator program diberbagai organiasi non pemerintah berskala nasional dan internasional. Lulus Kesejahteran sosial dari Fisip Unpad dan mengambil gelar master di bidang pembangunan sosial di Ateneo De Manila University atas beasiswa dari Ford Foundation. Kini bekerja di Fairtade Labeling Organization, sebuah lembaga internasional yang memfasilitasi perdagangan yang adil bagi petani di negara negara selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar