1.
Teori Kritik Sosial
a. Definisi
Teori kritik sosial merupakan salah satu teori
yang menemukan pemahaman tentang bagaimana cara orang berkomunikasi dan
bagaimana mereka mengembangkan makna simbolik di masyarakat. Teori ini
mengkritik dan mengubah masyarakat kontemporer. Di era teknologi dan informasi,
teori kritik sosial memusatkan diri kepada mengkritik budaya dan pengetahuan
industri sejak pekerjaan dalam industri lebih kepada memproduksi dan bekerja.
Teori ini sadar akan adanya kerugian dalam masyarakat dan tuturan yang sangat
berarti tentang nilai-nilai fundamental. Mereka melihat adanya kebutuhan
interogasi dari pengetahuan dan menerimanya – semua menghampiri sebagai aturan
dan sumbangsih.
Teori kritis di definisikan teori yang berusaha
memahami hakikat realitas yang ditentukan penindasan dan penghisapan. Teori
kritis berusaha membuka kesadaran palsu masyarakat yang tujuannya menghilangkan
kuasa mutlak penindasan atas manusia. Teori kritis selalu curiga dan
mempertanyakan kondisi “status quo” di masyarakat yang kelihatannya produktif
dan bagus dan tampak dipermukaan tersebut sesungguhnya terselubung struktur
masyarakat yang menindas dan menipu kesadaran khalayak.
b. Sumbangsih dan Kaitannya
dengan Pekerja Sosial
Teori Kritis menjadi inspirasi dari gerakan sosial
kemasyarakatan. Gerakan sosial ini dipelopori oleh pemikir sosial yang pada
waktu itu. Menurut teori ini, kritikan terjadi di dalam penindasan terhadap
masyarakat yang lemah.
Sumbangsih
terhadap pekerja sosial, yaitu bahwa dalam praktek pekerja sosial sendiri,
salah satu tugas kita yakni meluruskan adanya ketidakadilan yang terjadi di
masyarakat. Ada kalanya kita tidak sepaham dengan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Contohnya saja NASW yang menentang adanya National Rifle Association.
Teori ini
juga dapat membantu pekerja sosial dalam
memahami hubungan antara wawasan individu dan perubahan
sosial.
2.
Teori Ekologi
a. Definisi
Ekologi
teori berpusat pada lingkungan, biologi, dan pelajaran di antropologi untuk menyorot
interkoneksi antara gejala sosial dan faktor-faktor geografis lainnya.
Teori ini mengingatkan kita
bahwa manusia memiliki pernah mengubah fisik dan budaya lingkungan. Ide-ide tentang ekologi dan ekosistem dari
kelompok manusia telah mempengaruhi membantu profesi (Germain & amp; Gittelman,
1995; Pardeck, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sosial dan
orientasi baru untuk intervensi meliputi
- Melihat konteks untuk menjadi sama pentingnya dengan
situasi segera
- Mencari ekologi, alam, dan impersonal pengaruh selain
pribadi penyebab masalah manusia
b. Sumbangsih dan Kaitannya
dengan Pekerja Sosial
Sampai
saat ini, pekerjaan sosial telah menyoroti terutama lingkungan daripada
kelompok masyarakat, atau kekuatan masyarakat; untuk sebuah kritik terhadap
penekanan ini. Yang pasti adalah bahwa lingkungan masyarakat datang ke dalam fokus
saat mereka bekerja untuk melindungi anak-anak. Teori ekologis berpusat pada
adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur dalam lingkungan. Pekerja
sosial harus mengetahui tentang teori ini karena berhubungan dengan faktor
penyebab eksternal dari inti masalah yang dihadapi klien. Selain itu,
berhubungan juga dengan sistem sumber yang relevan untuk membantu pekerja
sosial untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh klien.
3.
Teori Feminis
a. Definisi
Feminisme
berkenaan dengan pembebasan perempuan daripada penindasan oleh kaum lelaki.
Dalam istilah yang mudah, feminisme merupakan kepercayaan kepada kesamaan
sosial, politik, dan ekonomi antara kedua-dua jantina, serta kepada sebuah
gerakan yang dikendalikan berdasarkan keyakinan bahawa jantina harus tidak
merupakan faktor penentu yang membentuk identiti sosial atau hak-hak
sosiopolitik dan ekonomi seseorang. Sebahagian besar ahli-ahli gerakan
kewanitaan khususnya bimbang akan apa yang dianggapnya sebagai ketaksamaan
sosial, politik, dan ekonomi antara kedua-dua jantina yang memihak kepada kaum
lelaki sehingga menjejaskan kepentingan kaum perempuan; sesetengah mereka
memperdebatkan bahawa identitas, seperti "lelaki" dan
"perempuan", merupakan ciptaan masyarakat. Di bawah tekanan
berterusan untuk mengikut norma-norma kelelakian, ahli-ahli gerakan kewanitaan
tidak bersetuju antara satu sama lain tentang persoalan-persoalan punca
ketaksamaan, bagaimana kesamaan harus dicapai, serta takat jantina dan identiti
berdasarkan jantina yang harus dipersoalkan dan dikritik.
b. Sumbangsih dan Kaitannya
dengan Pekerja Sosial
Salah
satu bidang garapan pekerja sosial adalah isu tentang kesetaraan gender. Dalam
teori ini diperjelas bahwa implementasi dari teori feminisme adalah terwujudnya
keadilan gender dalam berbagai aspek kehidupan, serta mewujudkan kesetaraan
gender dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini dianggap penting karena klien
yang kita tangani bukan saja dari kaum laki-laki tapi juga perempuan. Tidak
sedikit dari klien yang mengalami masalah tentang kesetaraan gender. Misalnya,
penopang ekonomi kehidupan adalah suami,
sementara istri hanya diam dirumah. Anggapan ini tentu saja salah setelah kita
memahami teori ini. Laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama di bidang
apapun itu.
4. Teori Konstruksi Realita
a. Definisi
Teori ini
membantu klien untuk meningkatkan kekuasaan yang lebih besar atas organisasi
dan lembaga yang membentuk kehidupan mereka. Pada bagian sebelumnya, telah
dibahas segala hal bahwa pekerja sosial dapat mengambil langkah ke arah
tersebut jika pekerja sosial dan klien melihat bahwa dalam kehidupan ini terus
terjadi adanya perubahan sosial, tidak stuck. Teori ini juga dapat membantu
klien mendapatkan tingkat yang lebih besar kekuasaan atas organisasi dan
lembaga-lembaga yang membentuk kehidupan
mereka adalah tujuan penting praktek kerja sosial. Pada bagian sebelumnya, kami
mengusulkan bahwa klien dan pekerja sosial yang lebih mungkin untuk mengambil
langkah arah itu jika mereka melihat dunia sebagai berpotensi berubah daripada
tetap. Teori realitas pembangunan oleh Peter Berger dan dalam The Social Construction of Reality
menunjukkan bahwa pemahaman mereka datang melalui proses sosial.
b. Sumbangsih dan Kaitannya
dengan Pekerja Sosial
Teori ini membahas masalah
penting tentang konsepsi struktur sosial dan juga sistem-sistem yang sangat
penting yang ada di dalam masyarakat.
5.
Teori Sistem
a. Definisi
Pokok dasar yang mendasari sistem teori adalah
integrasi yang baik dan kehalusan dalam berfungsi sosial, keduanya sangat
mungkin dan patut ada. Teori sistem ini ada ketika ada beberapa sub sistem yang
menopangnya. Teori sistem ini seharusnya terpisah dari sistem-sistem yang lain
dan dari keadaan sekitarnya. Pada waktu yang sama, tidak ada satu pun manusia
yang hidup tanpa adanya hubungan dengan lingkungannya. Dalil mendefinisikan
bahwa intisarinya ada di sistem terbuka. Setiap sistem manusia harus
bernegosiasi dengan lingkungannya. Konsekuensinya, harus terbuka dengan
beberapa taraf kehidupan dan mengelola beberapa taraf tersebut bagi adanya
ketidakpastian dari sumber daya eksternal. Menurut David Easton, Teori sistem
adalah suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu antara sub-sub sistem
dengan sistem sebagai suatu unit. Untuk melihat kehidupan sosial, sistem dapat
bermakna kenyataan sosial yang terintegrasi dari kompleksitas berbagai unit
yang ada serta bersifat interdependen. Jadi perubahan unit-unit sosial akan
menyebabkan perubahan pada unit-unit lainnya dalam satu totalitas. Untuk
melihat kehidupan sosial, sistem dapat bermakna kenyataan sosial yang
terintegrasi dari kompleksitas berbagai unit yang ada serta bersifat
interdependen. Jadi perubahan unit-unit sosial akan menyebabkan perubahan pada
unit-unit lainnya dalam satu totalitas.
b.
Sumbangsih dan Kaitannya dengan Pekerja Sosial
Teori
sistem ini dapat digunakan untuk memberikan kontribusi dan menerapkan analogi
dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari teori sistem ini agar
dikombinasikan dengan aplikasi dan prinsip-prinsip untuk melihat beberapa
aktivitas. Kinerja dalam perusahaan misalnya. Atau kinerja yang dilakukan oleh
suatu pekerjaan professional.
Salah satu contohnya adalah
keluarga. Keluarga adalah salah satu sistem.
Oleh
pekerja sosial sendiri, teori sistem ini sangat sering digunakan. Karena dalam
prakteknya, pekerja sosial dihadapkan kepada Individu, Kelompok, dan
Masyarakat. Dan unsur-unsur tersebut adalah sistem dalam masyarakat secara
keseluruhan. Selain itu, pemberian bantuan yang dilaksanakan oleh pekerja
sosial kepada IKM (Individu, Kelompok, Masyarakat) diawali dari Intake sampai Terminasi, semua itu pun berupa sistem.
Dalam
pemberian bantuannya juga, ketika seorang pekerja sosial menanangi klien, ia
harus mencarikan sistem sumber yang
relevan dengan permasalahan yang dialami oleh klien. Sistem sumber ini dapat
digunakan juga untuk membantu klien mencari dan meningkatkan potensi yang
dimilikinya.
6. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
a. Definisi
Asumsi
dasar dari Teori Belajar Sosial ini adalah bahwa tingkah laku manusia dapat
dipelajari selama adanya interaksi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sosialnya. Dalam hal ini, tidak disangkal bahwa adanya proses di dalam biologis
dan psikologis seseorang akan mempengaruhi emosi dan pikirannya. Teori belajar
sosial memandang perilaku individu tidak semata - mata refleks otomatis atau
stimulus. Melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar
belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam
belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan ( imitation ) dan penyajian
contoh perilaku (modeling). Melalui pemberian reward and punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Manusia
sebagai makhluk sosial tidak lepas dari interaksi antara manusia dengan
lingkungan, dan sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri.
Perilaku timbul karena adanya interaksi antara lingkungan dengan individu.
Perilaku timbul bukan karena semata - mata refleks otomatis melainkan juga
akibat reaksi yang timbul dari hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu. Apabila perilaku itu bersifat baik maka akan menimbulkan
norma dan moral yang baik. Begitu juga sebaliknya.
b. Sumbangsih dan Kaitannya
dengan Pekerja Sosial
Pendekatan
terhadap tingkah laku manusia pada praktek pekerja sosial sering
teridentifikasi karena banyaknya model dari terapi untuk individu dan kelompok.
Teori ini sangat berguna untuk praktek pekerja sosial dalam bimbingan sosial
masyarakat terutama untuk memahami dan mempengaruhi tingkah laku dari individu
dan masyarakat tersebut. Hal ini dirasa perlu untuk seorang pekerja sosial
untuk melihat latar belakang dari inti masalah yang akan ditentukan kepada
klien. Pekerja Sosial harus benar-benar tahu apa saja yang melatarbelakangi
seseorang bertingkah laku dan berfikir. Dan semua hal tersebut dipelajari dalam
teori ini.
7. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
a. Definisi
Ketika
seseorang bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, entah itu dari segi
ekonomi, sosial, maupun psikologi, pertukaran adalah tindakan ingin mendapatkan
suatu komoditas yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu yang
dapat dihargai oleh pihak lain. Teori pertukaran sosial, dihubungkan dengan
teori seperti George C. Homans (1974), Peter M. Blau (1964), dan Richard
Emerson (1962), membentuk blok bangunan konseptual lain untuk praktik komunitas
yang Dibangun pada aspek-aspek operant pengkondisian sosial belajar teori dan
pandangan ekonomi hubungan manusia sebagai prihatin dengan maksimalisasi
ganjaran atau keuntungan dan minimalisasi hukuman atau biaya, teori pertukaran
mendasari keterampilan semacam itu sebagai tawar-menawar, negosiasi, advokasi,
jaringan, dan pemasaran.
Pada
dasarnya, setiap manusia itu mengalami perubahan. Entah progress, regress, atau statis. Perubahan sosial dapat diartikan
sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Secara umum, dalam kerangka pertukaran sosial teori ini penting untuk dicatat
karena kekuatan dari pertukaran sosial akan membangun relasi yang lebih di
antara IKM dan memungkinkan adanya koneksi walaupun belum pernah ada
sebelumnya, serta menciptakan saling ketergantungan. Karena potensi untuk
membangun hubungan dengan orang lain itu terbatas, implikasinya bahwa kekuasaan
tidak terbatas sebagai sumber daya atau terbatas pada kelompok individual.
Sebaliknya, kekuasaan dapat dipandang sebagai sumber daya yang dinamis yang selalu
di-upgrade.
b. Sumbangsih dan Kaitannya
dengan Pekerja Sosial
Teori ini
memberikan sumbangsih tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Bisa berupa nilai-nilai, norma-norma, dan aturan masyarakat.
Karena, hal ini berkaitan dengan perilaku masyarakat pada masa tersebut. Dengan
teori ini, kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi latar belakang adanya
perubahan sosial.
Pekerja
Sosial perlu mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang terjadi di masyarakat
sehingga pekerja sosial tidak salah dalam menentukan inti masalah bagi klien.
Pekerja sosial juga perlu mengetahui perubahan-perubahan mana saja yang dinilai
memiliki dampak positive dan bahkan sebaliknya. Dampak dari perubahan sosial
juga bermacam-macam. Bahkan bisa saja menimbulkan masalah sosial. Salah satu
contohnya adalah frustasi. Maka dari itu pekerja sosial juga sangat perlu untuk
belajar tentang teori ini.
8. Teori Organisasi
a. Definisi
Manusia
adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur
dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan. Tetapi karena
keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa
adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam
berorganisasi. Hubungan kekuasaan dan pertukaran mengatur banyak hal dari
perilaku interorganisasional. Hal ini karena anggota masyarakat memiliki tugas
dalam organisasi tersebut. Selain itu, organisasi harus membangun dan mengelola
organisasinya agar sukses dalam beroperasi. Jika kita salah satu bagian dari
organisasi, tidak dapat membangun saling ketergantungan-syarat dan pesaing bisa
membuat itu sulit-tidak akan mampu mengukir diterapkan domain.
Hubungan
antarorganisasi menjadi benar-benar menarik ketika kita berpikir tentang konsep domain dan
lingkungan tugas sebagai dinamis, bukan dari entitas statis. Bayangkan bidang
pertukaran dengan beberapa individu, kelompok, dan organisasi, yang
masing-masing memiliki domain sendiri dan tugas lingkungan tapi semua yang
setidaknya longgar terhubung, langsung maupun tidak langsung, sebagaimana akan
terjadi.
Banyak
komunitas praktek melibatkan, menetapkan, mengelola dan menjalin hubungan
dengan kelompok lain dan organisasi. Pemilihan materi teori sejauh ini
disajikan untuk menyediakan dasar bagi banyak ide-ide cemerlang yang membantu
kita memahami hubungan di dalam organiasi ini. Dalam teori ini dibahas tentang
bagaimana cara memahami perilaku kelompok dan organisasi-organisasi besar.
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia cenderung berkelompok sesuai dengan
kesukaannya masing-masing. Ada yang berkelompok karena bakatnya dalam bidang
menyanyi, berolahraga, dan lain sebagainya. Karena latar belakang minat mereka,
seringnya manusia membentuk kelompok-kelompok yang kemudian menjadi suatu
organisasi.
b. Sumbangsih dan Kaitannya
dengan Pekerja Sosial
Teori ini
mempelajari tentang apa saja yang menjadi latar belakang masyarakat membentuk
organisasi-organisasi. Hal ini pula yang dipakai oleh pekerja sosial. Berkaitan
juga dengan sistem sumber, pekerja sosial dapat mencarikan sistem sumber yang
tepat bagi klien dengan mempelajari teori ini. Karena dalam teori ini
dipelajari tentang relevansi antara tingkah laku, psikologis manusia dan
kecenderungannya untuk berorganisasi. Selain itu, pekerja sosial juga harus
mengetahui organisasi-organisasi apa saja yang ada di dalam masyarakat yang
dapat digunakan untuk meningkatkan keberfungsian sosial klien. Atau dapat pula
mencari organisasi yang ada di masyarakat untuk dijadikan strength based bagi daerah yang sekiranya masih perlu untuk
ditingkatkan.
9. Teori Konflik
a. Definisi
Dalam
kehidupan manusia, ada kemungkinan bahwa seorang manusia akan mencari tatanan
kehidupan dan organisasi yang pas bagi dirinya. Oleh karena itu proses
sosialisasi dan control sosial akan sangat mendukung untuk diterima. Sedangkan
proses yang melibatkan konflik sosial sering membuat kondisi menjadi tidak
nyaman. Namun, konflik juga termasuk aspek alami dalam suatu kehidupan sosial
bermasyarakat yang tidak bisa dielakkan dalam kehidupan manusia. Jadi,
perspektif dialektis konflik dalam sosiologi dapat dipakai untuk praktek
pekerja sosial. Ada beberapa asumsi dasar tentang sistem masyarakat yang
dikemukakan oleh Marx dan Dahrendorf. Keduanya percaya bahwa (a) sistem sosial
sistematis yang menimbulkan konflik, karena konflik itu meresap dari fitur
masyarakat, (b) konflik dihasilkan oleh kepentingan menentang yang pasti bagian
dari struktur sosial masyarakat, (c) kepentingan menentang tersebut berasal
dari distribusi yang tidak merata serta sumber daya yang langka dan kekuasaan
yang dominan di antara subordinat kelompok, dan karenanya setiap masyarakat
bertumpu pada kendala dari orang lain, (d) kepentingan yang berbeda cenderung
polarisasi menjadi dua kelompok konflik, (e) konflik adalah dialektis, yaitu
resolusi satu Konflik menciptakan satu set baru untuk kepentingan menentang
tersebut, serta dalam kondisi tertentu, menimbulkan konflik yang berkelanjutan,
dan (f) sebagai akibat dari konflik yang sedang berlangsung, perubahan sosial
adalah fitur yang meresap di masyarakat.
Mungkin
ada kecenderungan alami di antara manusia untuk mencari tatanan sosial dan
organisasi dalam hidup mereka. Oleh karena itu proses sosialisasi dan kontrol
sosial yang mendukung perintah tampak sangat diterima, sementara proses yang
melibatkan konflik sosial sering membuat kita tidak nyaman Namun, seperti yang
kita katakan sebelumnya, gangguan ini juga aspek kehidupan manusia yang tak
terelakkan. Dengan demikian perspektif dialektis konflik dalam sosiologi,
seperti mengajukan oleh teori, sejarawan seperti Karl Marx dan Ralf Dahrendorf,
dapat terus menginformasikan praktek kerja sosial.
b. Sumbangsih dan Kaitannya
dengan Pekerja Sosial
Jadi pada intinya Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa
perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang
membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan
kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Dalam teori konflik ini
dipelajari apa apa saja yang sekiranya dapat memicu konflik di masyarakat.
Pekerja Sosial mempelajari teori ini agar dapat mengetahui kontrol-kontrol
sosial yang ada di masyarakat itu seperti apa. Selain itu agar pekerja sosial
dapat mengetahui sebab akibat yang tepat dari IKM yang berkonflik. Karena dalam
teori ini juga dipelajari latar belakang IKM itu kenapa berkonflik.
10.
Teori
Motivasi
a. Definisi
Teori
motivasi, yang mempelajari mengapa, kapan, dan bagaimana orang bertindak atau
penurunan untuk bertindak, terhubung secara konseptual dengan emosi dan
pengertian dari sifat manusia. Ketika menyelidiki penyebab perilaku manusia,
motivasi teoretisi sering memilih orientasi batin, berfokus pada perilaku
individu daripada kolektif. Meskipun demikian, motivasi teori menarik dari ilmu
politik, sosiologi, ekonomi, bisnis, dan periklanan (teknologi motivasi),
psikologi dan filsafat, dan memiliki makro-aplikasi. Motivasi adalah fitur
psikologis yang membangkitkan suatu organisme untuk bertindak menuju tujuan
yang diinginkan dan memunculkan, kontrol, dan memelihara perilaku tujuan
tertentu diarahkan. Sebagai contoh: Seorang individu tidak dimakan, dia merasa
lapar, dan sebagai respon dia makan dan mengurangi rasa lapar. Ada banyak
pendekatan untuk motivasi: fisiologis, perilaku, kognitif, dan sosial.
Motivasi
mungkin berakar dalam kebutuhan dasar untuk meminimalkan rasa sakit fisik dan
memaksimalkan kesenangan, atau mungkin termasuk kebutuhan spesifik seperti
makan dan beristirahat, atau untuk objek yang diinginkan. Secara konseptual,
motivasi berkaitan dengan emosi. Tetapi kedua hal tersebut berbeda.
b. Sumbangsih dan Kaitannya
dengan Pekerja Sosial
Teori
motivasi ini sangat membantu bagi IKM. Contohnya ketika kita sebagai pekerja
sosial menemukan adanya masalah bagi IKM, motivasi menjadi sangat penting untuk
adanya perubahan dalam IKM tersebut. Bahkan kurangnya motivasi dapat dijadikan
sebagai inti masalah. Sebagai contoh, ketika masalah terjadi pada salah seorang
individu. Dia tau potensi apa yang dimilikinya, tapi tidak memiliki semangat
untuk mengembangkan potensi tersebut. Hal inilah yang harus dirubah dari
individu tersebut. Kita sebagai pekerja sosial harus meningkatkan motivasi bagi
klien agar mereka lebih semangat untuk merubah dirinya menjadi lebih baik,
bahkan memanfaatkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Karena siapa tau
potensi tersebut yang akan membawa klien keluar dari masalah yang sedang
dialaminya. Motivasi ini juga sangat perlu untuk membantu keberhasilan dalam
proses pendidikan.
Motivasi
ini bisa berasal dan dalam individu maupun dari luar individu. Baik yang
berasal dari faktor psikis atau fisik individu yang sedang belajar maupun
berasal dari lingkungan alam, sosial ekonomi dan sebagainya. Banyak contoh bisa
diberikan untuk menunjukan bagaimana proses pendidikan yang berhasil baik
dengan penerapan motivasi didalamnya. Selain itu, teori ini membantu pekerja
sosial untuk memotivasi klien klien yang sedang di dalam permasalahan dengan
metode metode yang ada. Motivator juga menjadi salah satu peran pekerja sosial.
Hal ini disebabkan karena memberikan motivasi klien adalah hal yang sangat
penting.